JOGJA UPDATE

Petilasan Batu Gamping Sleman Jadi Destinasi Geosite Geopark Jogja

Petilasan Batu Gamping Sleman Jadi Destinasi Geosite Geopark Jogja
Petilasan Batu Gamping Sleman, Yogyakarta.

YOGYAKARTA, PEWARTA JOGJA - Situs Batu Gamping yang berada di Kalurahan Ambarketawang, Gamping, Sleman, kini resmi menjadi salah satu geosite dalam rangkaian Geopark Jogja.

Petilasan Batu Gamping tidak hanya terkenal karena keunikan geologinya, tetapi juga sebagai tujuan wisata religi yang menarik banyak pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia.

Menurut informasi yang tertera di depan petilasan Batu Gamping, situs ini memiliki sejarah yang luar biasa panjang, bahkan keberadaannya sudah tercatat sejak 40 hingga 16 juta tahun yang lalu.

Di masa lalu, lingkungan Gamping purba merupakan ekosistem terumbu karang di laut dangkal pada era Eosen hingga Miosen. Perubahan signifikan terjadi sekitar 1,8 juta tahun lalu pada masa Pliosen, di mana proses tektonik membentuk daratan yang dikenal sebagai Gunung Gamping.

Selain itu, pada tahun 1755, Sultan Hamengkubuwono I pernah melakukan ritual semedi di lokasi ini sebelum membangun Kraton Mataram. Batu-batu dari Gunung Gamping pun dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dalam pembangunan kraton.

Keberadaan situs ini juga sempat menarik perhatian seorang naturalis, botanikus, sekaligus geolog asal Belanda, Franz Wilhelm Junghuhn. Pada tahun 1836, ia menyusuri wilayah ini mulai dari Kraton Yogyakarta hingga ke arah barat dan kemudian menggambarkan Gunung Gamping yang menjulang di dekat aliran sungai.

Namun, gambaran Junghuhn tentang gunung tersebut kini sudah tidak bisa ditemukan lagi karena maraknya penambangan batu untuk bahan bangunan dan mendukung industri gula pada periode 1855-1950.

Akibat eksploitasi yang intensif, gunung yang dahulu menjulang tinggi kini hanya menyisakan bongkahan besar seukuran satu kontainer. Untuk melindungi situs ini, upaya konservasi mulai dilakukan sejak 1956 hingga akhirnya Batu Gamping ditetapkan sebagai cagar alam.

Seorang warga setempat, Gito Suprapto, menjelaskan bahwa Batu Gamping tidak hanya dilihat sebagai cagar alam, tetapi juga tempat wisata religi. Ia menuturkan bahwa situs ini memiliki nilai sejarah yang erat kaitannya dengan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

“Di masa Sultan HB I, beliau diketahui pernah bertapa di situs Batu Gamping, dan saat kraton dibangun, Kraton Ambarketawang sempat difungsikan sebagai kraton sementara," ungkap Gito pada Senin (21/10/2024).

Selain sebagai tempat sejarah, situs ini kerap dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah. Tidak hanya masyarakat umum, pengunjung juga berasal dari keluarga kerajaan di Indonesia, seperti Kutai Kertanegara, Padang, Cirebon, Bali, hingga Madura.

"Biasanya, mereka datang di sore atau malam hari untuk melakukan ziarah," tambah Gito.


Geosite Batu Gamping dalam Geopark Jogja

Perencana Ahli Muda dari Bappeda Sleman, Boby Rozano, menuturkan bahwa Batu Gamping Eosen di Kapanewon Gamping kini menjadi salah satu geosite dalam gugusan Geopark Jogja.

Di Sleman sendiri, terdapat beberapa geosite lainnya, seperti Kompleks Perbukitan Instrusi Godean, Kompleks Batuan Merapi Tua di Turgo Pelawangan di Kapanewon Pakem, serta Aliran Piroklastik Bakalan di Kapanewon Cangkringan.

Selain itu, terdapat juga geosite Lava Bantal di Kapanewon Berbah, Tebing Breksi Piroklastik Purba, dan Rayapan Tanah Nglepen di Kapanewon Prambanan.

"Usulan Geopark Jogja untuk masuk ke dalam jaringan Geopark Nasional sudah diajukan dan saat ini kita tinggal menunggu hasilnya," jelas Boby.

Dengan keberadaan situs Batu Gamping sebagai bagian dari Geopark Jogja, kawasan ini diharapkan dapat menarik lebih banyak minat wisatawan sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian situs bersejarah dan geologi di Yogyakarta.